Nah, maka dari itu, hari Sabtu kali ini Dea mengerahkan kemampuan memasaknya. Menu hari ini adalah tumis brokoli dengan jamur, cumi goreng tepung, dan puding jeruk untuk desert. Dea berdiri di sisi meja makan tersenyum sambil memandangi dan mengagumi sendiri karya masakannya yang telah ia tata rapi di atas meja makan.
Sekarang tinggal memanggil Arman, pikirnya.
Dea melepas celemeknya sambil berjalan menyusuri ruang-ruang rumahnya, mencari Arman, suaminya. Arman tengah berada di ruang kerja, duduk menghadap komputer.
“Man, makan yuk?” ajak Dea manja. “Aku sudah masak yang spesial buat kamu.”
“Loh, sudah matang ya?” sahut Arman dengan mata tetap menatap layar komputernya.
“Ini kan sudah jam dua belas.” Dea mendekati Arman,
Sekilas Arman melirik jam di dinding ruang kerjanya. Ia menghembuskan napas berat.
“Cepet banget sudah jam dua belas.”
“Makanya yuk, makan.” Dea merangkul tangan Arman.
“Tapi... aku masih agak kenyang, tadi pagi kan pulang lari pagi bareng Bobby makan nasi goreng.” jawab Arman pelan. “Kamu udah laper ya?”
Dea sedikit cemberut.
Nasi goreng lagi!

Dea sebel banget dengan menu yang satu itu. Bukan masalah Dea tidak suka dengan nasi goreng, tapi justru karena Arman terlalu fanatik dengan nasi goreng. Ke manapun makannya pasti nasi goreng. Kalau masakan si mbok di hari kerja kurang cocok dengan lidahnya, Arman pasti beli nasi goreng lagi. Memang sih apapun yang terhidang di meja makan, pasti disantap oleh Arman. Tapi dua jam setelahnya, ia pasti langsung memesan nasi goreng. Dea sudah benar-benar bosan melihat dan mencium aromanya.
Pernah suatu kali Dea bertanya, “Kok kamu doyan banget sih sama nasi goreng?”
Arman yang tengah menyantap nasi goreng panas-panas cuma berujar, “Abis enak. Cobain deh.” Ia menyodorkan satu sendok penuh nasi goreng ke arah Dea.
Dea menggeleng, bukan karena hanya perutnya sudah penuh dengan makan malam, tapi lebih pada rasa mualnya pada nasi goreng.
“Gak bosen apa hampir setiap hari makan nasi goreng?” tanya Dea agak sebal.
“Ya sama kayak kamu gak bosen-bosen makan cokelat tiap hari.” jawab Arman santai.
Dea hanya bisa menelan ludah kesal.
Masa iya, makan nasi goreng disamain sama makan cokelat!
Hal kedua yang membuat Dea kesal dengan nasi goreng Arman adalah budget rumah tangga membengkak karena untuk membeli nasi goreng. Lama-lama meski menu yang terhidang di rumah adalah menu kesukaannya, Arman tetap beli nasi goreng. Untungnya Arman memang penyuka nasi goreng gerobak abang-abang yang berkeliling tiap malam, bukan nasi goreng restoran. Tapi kan tetap saja, delapan ribu setiap hari, pikir Dea.
***
Pernah suatu kali Dea putus asa akan reaksi Arman yang cuek banget dengan perkataannya. Dea menumpahkan kekesalan ini kepada Mamanya. Bukan dukungan yang ia peroleh, malah Mamanya menertawakan dia.
“Kamu ini gimana sih, Dea. Suamimu doyan makan kok sebel?” sahut Mamanya kali itu.
Masih sambil wajah cemberut, Dea menjawab kesal, “Bukan masalah doyannya, Mama... Ini sih namanya udah gila sama nasi goreng.”
“Hus, gak boleh ngomong sembarangan.” bentak Mamanya.
Dea semakin cemberut.
“Kenapa kamu gak belajar masak sendiri nasi goreng buat Arman. Lebih irit, Mama yakin Arman pasti suka. Jangan chinese food terus yang dimasak.” usul Mamanya.
Hm..betul juga usul Mama, pikir Dea.
Kali ini Dea berada di dapur lengkap dengan peralatan masaknya. Menu hari ini nasi goreng. Ya, nasi goreng saja! Ehm, sebenarnya bukan nasi goreng saja, ada telor ceplok, mentimun, dan tomat sebagai hiasannya. Dea mau nasi gorengnya terlihat cantik ketika dilihat Arman.
“Wueek...” Dea menjulurkan lidahnya. Ia baru saja mencicipi nasi goreng perdananya. Keasinan! Dea memutar otaknya bagaimana caranya mengubah rasa nasi goreng di depannya ini. Setelah ia tambahkan gula pasir dua sendok makan, Dea mencicipi lagi. Matanya berputar-putar.
“Lumayan lah, it's better.” Dea memuji dirinya sendiri, meski dalam hati kecilnya ia geli menyadari nasi goreng mana yang pakai gula pasir.

Inilah nasi goreng buatan Dea untuk Arman.
“Loh kok daun bawangnya di pinggir?” tanya Arman pertama kali begitu melihat nasi goreng buatan istrinya.
Dea tersenyum simpul. “Aku kan gak doyan daun bawang. Jadi daun bawangnya khusus untuk kamu.”
“Oalaaah..” jawab Arman geleng-geleng kepala, biar demikian Arman kemudian mencium pipi Dea.
Belum pernah Dea sebahagia ini.
"Yes, besok bikin nasi goreng lagi yang lebih enak." bisiknya pelan.
Involve totally in your relationship and see how magic it brings to you back
Tuk my hubby yg tergila-gila dengan NasGor :)